Meski awalnya sudah tahu dari Didit, tapi ketika mengalaminya sendiri saat ke Batam dengan keluarga akhir minggu lalu, tetap saja membatin, "Tinggi bener naiknya!"

Bagi orang yang sesekali ke Singapore (terutama (sorry) para 'borjuis' dari Jakarta), barangkali biaya segitu bukan masalah, karena sudah dianggarkan masuk dalam biaya perjalanan. Lain halnya dengan para frequent cross border yang tiap sebentar harus melakukan perjalanan lintas negara seperti aku. Bisa kere jadinya! Jatah tiket seminggu sekali memang kuperoleh dari perusahaan, tapi anak dan istri kan tidak ditanggung. Belum lagi keharusan nombok S$9 karena selisih kenaikan pajak (tiket dibeli perusahaan dalam jumlah banyak sebelum harga naik). Apalagi nanti juga (sudah mulai ada bisik-bisik nih...) tidak ada lagi tiket jatah dari perusahaan, sehingga biaya perjalanan Batam~Singapore harus ditanggung sendiri! Nah kan, habis deh duit buat tiket ferry doang!
Saat ini yang terpikir adalah mengurangi jumlah perjalanan dari/ke Batam/Singapore untuk menghemat pengeluaran. Agar tetap bisa pulang bareng dengan Mama Ani dan ADA, tiket jatah akan tetap kuambil setiap minggunya (untuk dikumpulkan dulu). Atau mungkin cara lain adalah mengusulkan ke perusahaan agar mengalihkan jalur transportasi dari Johor Bahru - Singapore - Batam menjadi Johor Bahru - Batam (via pelabuhan Stulang Laut) karena sedikit lebih ekonomis (lihat harga tiket via Stulang Laut). Atau ada ide lain?
No comments:
Post a Comment