(Sekedar menyambung apa yang Harley keluhkan di sini.)
Seperti sudah kita mahfumi bersama, Jum'at malam lalu pemerintah telah menaikkan harga BBM (dengan kenaikan rata-rata 30%). Apa yang kemudian terjadi adalah seperti yang sudah sama-sama diperkirakan yaitu hampir semua barang kebutuhan pokok harganya juga ikut meningkat dengan besaran yang kurang lebih sama dengan kenaikan BBM tersebut (bahkan di beberapa tempat kenaikan harga barang kebutuhan pokok sudah mendahului kenaikan BBM itu sendiri!). Fenomena kenaikan harga barang-barang ini dikatakan banyak orang sebagai Multiplier Effect. Namun demikian, jika benar-benar dikaji perhitungan model matematisnya Multiplier Effect tersebut, maka harusnya besaran kenaikan tingkat harga-harga tidak sebesar besaran kenaikan harga BBM itu sendiri!
Apa yang pemerintah justifikasikan terhadap keharusan kenaikan harga BBM bahwa subsidi BBM lebih banyak dinikmati oleh masyarakat kelas menengah ke atas, sehingga BBM harus dinaikkan harganya agar adil, pada akhirnya menjadi tidak tepat karena seluruh lapisan masyarakat terkena dampaknya. Hal ini disebabkan terjadinya kenaikan tingkat harga secara umum (General Price Increase) yang lebih lanjut menyebabkan turunnya 'Real Income' masyarakat.
Apa yang salah sebenarnya dari dunia perminyakan
Apa yang salah dengan UU Migas itu?
Pertama adalah kita kehilangan kendali atas minyak yang ditambang. Saat ini memang katanya 25% adalah jatah KPS dan sisa 75%-nya milik pemerintah; namun itu perhitungan nett yang jika dimasukkan 'cost recovery' (yang oleh pihak KPS dikatakan terus-terusan naik) maka jatah riil pemerintah hanya sekitar 55% saja (dari 900an ribu barrel) - silakan tanya ke teman-teman yang bekerja di sektor Migas! Padahal di Russia saja pemerintahnya hanya memberikan jatah cap $26/barrel untuk KPS (sedangkan kelebihannya buat pemerintah), sehingga jika terjadi 'windfall profit' (seperti pada masa-masa sekarang) benar-benar dinikmati oleh negara! Satu hal yang lebih lucu lagi adalah pemerintah tidak punya daya untuk secara realtime menghitung berapa banyak minyak mentah yang ditambang di bumi pertiwi - sehingga besar sekali kemungkinan adanya minyak yang digelapkan! Tentunya masih ingat '
Kelucuan lain adalah ditengah-tengah harga minyak dunia yg sedang tinggi-tingginya ini jumlah lifting minyak malah menurun?!? Logikanya di mana ya, seharusnya
Kedua, soal peruntukan/alokasi hasil penambangan. Menurut UU Migas 2001, hanya 25% dari gas alam yang diperuntukkan untuk keperluan dalam negeri. Ini juga sangat konyol karena gas itu
Begitulah kisah sedih
No comments:
Post a Comment